Sabtu, 18 April 2009

PERBAIKAN MIDTEST EKOLOGI HEWAN

KURNIATI NOVIA RINI_J1C106030

TERRITORY HEWAN DAN BIOCOLORATION

1. Jika hewan betina menjadi penentu teritori, maka teritori tersebut akan digunakan sebagai tempat seleksi seksual, sehingga hewan betina akan memilih hewan jantan berdasarkan kualitas teritorinya. Hewan betina menggunakan teritorinya untuk menarik si jantan. Selain itu, teritori hewan betina juga digunakan sebagai tempat untuk membesarkan anak-anaknya yang akan mempengaruhi tingkat survival bagi anakan yang baru lahir. Tempat tinggal dan kegiatan memelihara anak menyebabkan hewan betina mempertahankan teritori dalam periode waktu walaupun relatif pendek. Pada umumnya hewan betina menggunakan teritorinya untuk membesarkan dan menjaga anak-anaknya, dimana sumber daya (makanan) tersedia, aman dari predator, serta sebagai tempat untuk mencari hewan jantan yang sesuai (perkawinan).

2. Jika hewan jantan menjadi penentu territory, maka dia akan mempertahankan teritori tersebut berdasarkan kualitasnya. Semakin baik kulitas teritori maka semakin besar energi/harga yang harus dikeluarkan/dibayarkan. Hewan jantan biasanya mempunyai kebiasaan lebih agresif untuk melampiaskan karakter kejantanannya kepada hewan betina. Hewan jantan dapat mengontrol hewan betina baik secara langsung (female defence polygyny), ataupun secara tidak langsung, misalnya dengan mengatur sumber daya (resource defence polygyny). Hal ini akan dapat menimbulkan teritorial bagi hewan jantan. Ketika sebuah teritori mempunyai kualitas yang bagus, maka hewan jantan akan mengeluarkan lebih banyak energi untuk mempertahankan teritori tersebut. Daerah teritori yang lebih luas mempunyai kualitas yang lebih baik, karena seringkali mempunyai sumber daya yang lebih banyak. Akan tetapi, semakin luas teritori hewan jantan ini, akan mengakibatkan lebih sukar untuk mempertahankannya, sehingga hewan jantan akan mengeluarkan energi lebih banyak.

3. Dalam menggunakan kemampuan mengubah warna (biocoloration) terdapat perbedaan antara karakter interspesific dan intraspesific. Pada karakter interspesific biasanya warna digunakan sebagai sistem pertahanan diri (Cryptic colorization), dan memberikan peringatan kepada musuh/hewan yang mengganggu (Warning colorization). Karakter interspesific pada umumnya berhubungan dengan kemampuan pertahanan diri terhadap perubahan lingkungan (misalnya terjadi bahaya, adanya predator). Dalam hal ini karakter interspesific merupakan respons yang ditimbulkan untuk adaptasi terhadap lingkungan luar. Karakter interspesific ini misalnya adalah kamuflase. Kamuflase merupakan salah satu bentuk pertahanan diri paling efektif yang digunakan oleh hewan. Hewan yang menyamarkan diri berada dalam perlindungan yang dibangun oleh struktur tubuhnya, yang diciptakan sangat selaras dengan habitatnya. Hewan tersebut menyesuaikan warna tubuhnya dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Sedangkan pada karakter intraspesific warna tubuh digunakan untuk menarik lawan jenis (pasangan) misalnya pada Flash colorization dan Counter colorization, serta untuk menunjukkan kekuasaannya misalnya pada Desruptive colorization. Karakter intraspesific biasanya lebih berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan biologis hewan (faktor seksual, teritori, dll).

4. Mulerian dan Batesian coloration merupakan suatu contoh yang termasuk dalam warning coloration. Mulerian dan Batesian coloration adalah dua bentuk system pertahanan diri yang berbeda. Pada Mulerian coloration, hewan yang melakukan biocoloration (mimik) ataupun hewan lain(model) sama-sama tidak layak untuk dimakan (unpalatable). Sehingga ke dua hewan ini saling menjauhi. Mulerian coloration dapat memberikan keuntungan baik pada hewan mimik ataupun hewan model. Mulerian coloration ini misalnya dapat dilihat pada spesies kupu-kupu yang mempunyai pola warna yang serupa antara hewan mimik dengan hewan model. Sedangkan pada Batesian coloration, hewan mimik merupakan spesies yang dapat atau layak untuk dimakan (palatable), akan tetapi memperoleh keuntungan karena predator-predator akan terkecoh. Batesian coloration ini misalnya terdapat pada penyamaran lebah kuning (model) oleh ngengat bersayap bening. Kedua spesies mempunyai pola warna sayap yang sama. Batesian coloration ini terjadi akibat hewan yang tidak memiliki suatu system pertahanan khusus berusaha menyerupai hewan lain yang memiliki sengat ataupun sejumlah system mekanisme pertahanan lainnya. Kesamaan antara hewan mimik dan hewan model bisa dalam hal bentuk dan pola warna, ukuran tubuh, ataupun kesamaan tingkah laku. Berbeda dengan Mulerian coloration, pada Batesian coloration model akan dirugikan karena hewan mimik dapat atau layak dimakan, serta pada umumnya predator akan semakin mengejar untuk mengenali pola warnanya.